
General Manager Ducati Corse, Gigi Dall'Igna, menyatakan bahwa gelar dunia MotoGP 2024 yang diraih Jorge Martin bersama Prima Pramac Racing merupakan bukti bahwa Ducati merupakan pabrikan yang sportif. Pasalnya, mereka membiarkan para ridernya bertarung sampai akhir tanpa team order dan 'permainan' lainnya.
Martin dan Pecco Bagnaia memang sengit berebut gelar dunia sampai seri penutup di Seri Barcelona, Spanyol. Bagnaia selaku rider tim pabrikan sejatinya lebih diharapkan juara ketimbang Martin yang membela tim satelit, walau Martin memimpin klasemen pembalap sejak awal musim. Namun, pada akhirnya Martin keluar sebagai juara.
Dalam gelaran 'Campioni in Festa' di Bologna, Italia, Rabu (4/12/2024) dini hari WIB, Dall'Igna mengaku ada beberapa catatan mentereng Ducati yang membuatnya sangat bangga. Selain Martin jadi juara dunia, Ducati juga memenangi 19 dari 20 balapan yang digelar. Mereka juga 14 kali menyapu bersih tangga podium sepanjang musim.
Bangga 8 Rider Ducati Finis di 8 Besar Sprint Race Thailand
"Kami 14 kali memonopoli podium. Saya ingat emosi saya ketika kami menyapu bersih posisi tiga besar untuk pertama kalinya di bawah kepemimpinan saya (Valencia 2021). Kini melakukannya 14 kali dalam 20 balapan sungguh membuktikan kekuatan kami," ungkap Dall'Igna dalam wawancaranya dengan Motorsport Italia.
Selain itu, Dall'Igna juga sangat senang delapan rider Ducati finis di delapan besar Sprint race MotoGP Thailand dan mencetak sejarah. Balapan itu dimenangi Enea Bastianini, yang diikuti Martin, Bagnaia, Marc dan Alex Marquez, Franco Morbidelli, Marco Bezzecchi, serta Fabio di Giannantonio.
"Ini berarti motor kami telah mengalahkan kompetisi itu sendiri. Ini angka luar biasa dan saya hanya bisa berterima kasih kepada semua orang yang berkontribusi dalam proyek ini, dari orang-orang yang ada di markas, sampai semua tim dan pembalap yang sudah membantu kami meraih hasil ini," ujarnya.
Kerahkan Seluruh Sportivitas
Dall'Igna juga mengaku bangga karena Ducati membuktikan kepada komunitas MotoGP bahwa mereka tidak berperilaku bias kepada pembalap atau tim tertentu di kubu mereka, dengan tetap mendukung Martin dan Bagnaia dengan setara sampai musim berakhir.
"Tahun ini, Ducati telah menunjukkan seluruh spotivitas yang dimiliki pabrikannya, membiarkan para pembalapnya memperebutkan gelar dunia tanpa permainan tim, bantuan, atau mencoba 'menghukum' tim, pendukung, dan para rider mereka," pungkas eks Direktur Teknis Aprilia Racing ini.
Pada 2025, armada Ducati berkurang dari 4 tim menjadi 3 tim saja, dan dari 8 pembalap menjadi 6 pembalap saja. Mereka ditinggalkan oleh Pramac ke Yamaha, sehingga mereka hanya akan menaungi Ducati Lenovo Team, Pertamina Enduro VR46, dan Gresini Racing.
Sumber: Motorsportcom Italia
Baca Juga:
- Pecco Bagnaia Soal Setim dengan Marc Marquez: Tak Ada Rider Nomor Satu di Ducati, Mereka Selalu Adil
- Pecco Bagnaia Ngaku 'Iri' Lihat Max Verstappen Juarai Formula 1 2024: Seharusnya Saya Juga Jadi 4 Kali Juara Dunia
- Jorge Martin Tetap Sayang Ducati Meski Pisah: Terima Kasih Sudah Rekrut Saya!
- Marc Marquez Ngaku Fans MotoGP Italia Makin Ramah Sejak Ia Gabung Gresini dan Ducati