Masalah MU: Erik ten Hag Doyan Merekrut Pemain-Pemain Eks Eredivisie
38
Kegemaran Erik ten Hag untuk merekrut pemain-pemain dengan pengalaman di Eredivisie justru menjadi bumerangnya sendiri. Entah mengapa, Ten Hag menaruh kepercayaan lebih kepada pemain-pemain eks Ajax atau eks Eredivisie.
Ten Hag tidak lagi bekerja untuk Manchester United mulai Senin, 28 Oktober 2024 kemarin. Pihak klub akhirnya menjatuhkan keputusan pemecatan, mengingat performa tim tidak kunjung membaik.
Nahasnya, sebagian merasa kepergian Ten Hag terlambat. Seharusnya pihak klub bergerak lebih cepat, sebelum situasi memburuk seperti sekarang.
Apalagi, skuad MU yang sekarang telanjur dibentuk sesuai dengan keinginan Ten Hag. Lihat saja pemain-pemain yang direkrut dalam dua tahun terakhir, ada pola yang terlihat bahwa Ten Hag lebih suka pemain-pemain eks Eredivisie.
Pemain-Pemain Rekrutan Ten Hag
Selain Matthijs de Ligt dan Noussair Mazraoui, Dia mendatangkan Lisandro Martinez, Andre Onana, Christian Eriksen, Mason Mount, Tyrell Malacia, serta Antony yang dibeli dengan harga £85 juta ($110 juta). United juga meminjam Wout Weghorst dan Sofyan Amrabat.
Lisandro Martinez memang menjadi favorit fans berkat gaya permainannya yang agresif, tetapi performa bek Argentina ini tidak konsisten dan sering terganggu cedera.
Andre Onana mulai menunjukkan kemampuan yang ia tampilkan saat bersama Inter Milan, tetapi kesalahan-kesalahan mendasar yang dia lakukan musim lalu mengakibatkan MU kehilangan poin krusial, dan kepercayaan diri lini belakang pun belum sepenuhnya pulih.
Antony dan Mount
Sebagian besar rekrutan lainnya justru dianggap sebagai pemain biasa saja, bahkan tak berguna dalam skema MU yang sekarang. Antony dan Mount termasuk dalam kategori tersebut.
Faktanya, Antony sulit dijual meski MU siap menerima kerugian sebesar 45 juta pounds dari nilai pembelian awal. Mount lebih sering berada di ruang perawatan daripada di lapangan sejak kedatangannya dari Chelsea dengan harga 60 juta pounds.
Man United juga masih harus bergantung pada Casemiro yang sudah lewat masa puncaknya, dan Rasmus Hojlund belum mampu membuktikan bahwa ia adalah solusi jangka panjang untuk posisi No.9.
Dengan begitu banyak uang yang telah dihabiskan, perombakan besar skuad kembali dibutuhkan untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi di bawah Ten Hag.