Posisi saat ini: Kembali ke laman beranda news

PSSI, Shin Tae-yong, dan Daftar Panjang Kontroversi Pemecatan Pelatih Timnas Indonesia

2025-01-09 17:30:03
46
PSSI, Shin Tae-yong, dan Daftar Panjang Kontroversi Pemecatan Pelatih Timnas Indonesia
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir (tengah) ketika melakukan konferensi pers pemecatan Shin Tae-yong sebagai pelatih Timnas Indonesia. (c) Bola.net/Bagaskara Lazuardi

Pemecatan Shin Tae-yong dari posisi pelatih Timnas Indonesia pada awal Januari 2025 menambah daftar panjang kontroversi pergantian pelatih yang dilakukan oleh PSSI. Setelah lima tahun bekerja, pelatih asal Korea Selatan ini harus meninggalkan kursi kepelatihan meski dianggap sukses membawa perubahan besar bagi Tim Garuda.

Keputusan ini menuai reaksi keras dari publik. Tak sedikit yang menilai bahwa Shin Tae-yong adalah sosok pelatih yang telah membawa Timnas Indonesia ke level baru. Di bawah arahannya, Indonesia berhasil kembali ke Piala Asia, tampil di Piala Asia U-23, dan melaju hingga putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Namun, sejarah menunjukkan bahwa ini bukan pertama kalinya PSSI memecat pelatih dengan cara yang memicu perdebatan. Berikut adalah jejak kontroversi serupa dalam perjalanan panjang sepak bola Indonesia.

1 dari 5 halaman

Luis Milla: Taktik Brilian Tanpa Hasil yang Memuaskan

Luis Milla: Taktik Brilian Tanpa Hasil yang Memuaskan

Luis Milla (c) Antara

Pada 2017, Luis Milla didatangkan dengan harapan besar. Dengan gaya permainan menyerang khas Spanyol, dia memperkenalkan pendekatan tiki-taka yang memikat publik sepak bola Indonesia. Milla sukses membangun fondasi tim muda berbakat, termasuk Saddil Ramdani, Febri Hariyadi, dan Septian David Maulana.

Namun, hasil akhir tidak memenuhi ekspektasi. Indonesia hanya meraih perunggu di SEA Games 2017 dan gagal melangkah lebih jauh di Asian Games 2018. PSSI pun memilih untuk tidak memperpanjang kontraknya.

Keputusan itu membawa dampak besar. Di bawah pelatih pengganti, performa Timnas Indonesia merosot tajam, hingga akhirnya Shin Tae-yong didatangkan pada 2019.

2 dari 5 halaman

Alfred Riedl: Korban Dualisme Sepak Bola Indonesia

Alfred Riedl: Korban Dualisme Sepak Bola Indonesia

Alfred Riedl (c) Bola.com/Vitalis Yogi Trisna

Pelatih asal Austria ini berkali-kali menjadi pelatih Timnas Indonesia. Dua final Piala AFF bahkan dicapai oleh Timnas Indonesia bersama Alfred Riedl, yaitu pada 2010 dan 2016.

Namun, yang paling kontroversial adalah setelah Riedl membawa Timnas Indonesia mencapai final Piala AFF 2010. Dengan target selanjutnya adalah SEA Games 2011, PSSI tiba-tiba memutuskan untuk memecat Alfred Riedl.

Hal ini tidak lepas dari adanya pertarungan kepentingan di tubuh PSSI, di mana saat itu Arifin Panigoro dan Nirwan Bakrie dianggap sebagai sosok yang ada di balik dua kelompok yang bertarung di kepengurusan PSSI, atau yang pada akhirnya dikenal dengan istilah dualisme sepak bola Indonesia.

Ketua PSSI yang baru terpilih saat itu, Djohar Arifin Husin, sempat menyatakan mempertahankan Riedl karena adanya dua agenda besar dalam waktu yang mepet, yaitu penyisihan Piala Dunia dan SEA Games.

Akan tetapi, hanya satu hari setelah pernyataan itu dilontarkan oleh Djohar, Riedl dipecat. Alasannya, kontrak Riedl bukan dengan PSSI, melainkan dengan Nirwan Bakrie. Anehnya, Riedl tak mendapatkan informasi apa pun soal pemecatannya dari kepengurusan PSSI.

"Sampai hari ini belum bertemu siapa pun dari kepengurusan baru PSSI. Saya tahu masalah pemecatan ini dari media, bukan dari pengurus PSSI. Saya bingung, apa alasan saya dipecat, saya merasa dimusuhi mereka," ujar Riedl pada 15 Juli 2011.

"Kontrak saya dengan PSSI, bukan personal. Saya tidak akan mau menandatangani kontrak secara personal. Sebab, kalau ada masalah, tidak bisa saya bawa ke FIFA," lanjut pelatih asal Austria itu.

Pada akhirnya, Alfred Riedl digantikan oleh pelatih asal Belanda, Wim Rijsbergen.

3 dari 5 halaman

Wim Rijsbergen: Mimpi Buruk sang Legenda

Wim Rijsbergen: Mimpi Buruk sang Legenda

Logo PSSI (c) Bola.com/Dody Iryawan

Legenda sepak bola Belanda ini sempat menangani Timnas Indonesia pada 2011, di era kepengurusan Djohar Arifin Husin. Namun, dia hanya bertahan enam bulan di kursi kepelatihan.

Wim harus angkat kaki setelah gagal total di Kualifikasi Piala Dunia 2014.

Menariknya, PSSI memilih memindahkan Wim sebagai supervisor tim, alih-alih memecatnya secara resmi, untuk menghindari kewajiban membayar kompensasi. Keputusan ini menambah panjang daftar kebijakan kontroversial PSSI terkait pelatih.

"Melatih di Indonesia sebuah mimpi buruk. Susah sekali untuk berurusan dengan baik dan benar di negara tersebut," katanya saat itu.

4 dari 5 halaman

Peter Withe: Konflik di Ruang Ganti

Peter Withe: Konflik di Ruang Ganti

Suporter Timnas Indonesia di laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia versus Filipina, Selasa (11/6/2024). (c) Bola.net/M Iqbal Ichsan

Peter Withe, yang menangani Timnas Indonesia pada 2004-2007, datang dengan reputasi besar setelah sukses bersama Thailand. Namun, kiprah pelatih asal Inggris ini bersama Tim Garuda jauh dari harapan.

Withe hanya sekali membawa Timnas Indonesia menjadi runner-up Piala AFF 2004, yang saat itu masih disebut Piala Tiger. Seudah itu, Timnas Indonesia makin hancur di bawah kendalinya. Peringkat Indonesia di Ranking FIFA pun merosot lebih dari 50 posisi, mulai dari 91 ke 147.

Dia disorot akibat seleksi pemain yang kontroversial dan kegagalan membangun harmonisasi tim. Ketegangan di ruang ganti bahkan memuncak, hingga beberapa pemain menunjukkan sikap frontal. PSSI akhirnya memutus kontraknya di awal 2007.

5 dari 5 halaman

Apakah Siklus Ini akan Terus Terulang?

Apakah Siklus Ini akan Terus Terulang?

Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong. (c) Bola.net/M Iqbal Ichsan

Kasus Shin Tae-yong menambah daftar panjang konflik antara PSSI dan pelatih Timnas Indonesia. Pemecatan pelatih yang dianggap berhasil membawa kemajuan kembali menyoroti masalah mendasar dalam manajemen sepak bola nasional.

Jika tak diperbaiki, kontroversi serupa akan terus menghantui perjalanan Timnas Indonesia.

Masa depan Timnas Indonesia pun kini kembali menjadi tanda tanya besar. Apakah PSSI akan memilih pelatih yang mampu melanjutkan fondasi yang telah dibangun atau akankah kita kembali melihat siklus pergantian pelatih yang merusak konsistensi Tim Garuda?

Disadur dari: Bola.com/Benediktus Gerendo Pradigdo, 8 Januari 2025

video terbaru:

Pembaruan terkini