Jakarta - Suporter Indonesia makin terkenal di mata internasional setelah kehadiran mereka yang selalu ada di mana pun Timnas Indonsia bertanding, termasuk dalam laga putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Tidak sekadar menonton jalannya pertandingan, suporter Timnas Indonesia terkenal kreatif dalam memberikan dukungan secara langsung.
Selain menyanyikan lagu penyemangat untuk para pemain di lapangan hijau, koreografi yang dibuat suporter Tim Gruda kerap menarik, seperti ketika Gundala vs Godzilla pada laga kontra Jepang di SUGBK pada akhir 2024.
Selain itu ada juga koreografi Garuda raksasa ketika menghadapi Bahrain yang menjadi daya tarik tersendiri. Namun, dalam laga melawan Bahrain ada tindakan yang berlebihan, seperti rasisme atau xenophobia, yang dilakukan suporer Indonesia.
Hal ini menyebabkan PSSI harus didenda sekitar Rp400 juta oleh FIFA hingga pengurangan jumlah penonton sebanyak 15 persen.
Komentar Ketum PSSI Erick Thohir jelang Timnas Indonesia menghadapi China. Erick Thohir juga mulai menebar psywar. Sebut Timnas negara lain termasuk China harus malu karena memakai pemain naturalisasi yang tidak memiliki darah negaranya.
Harus Jadi Tuan Rumah yang Baik

Menjelang laga melawan China yang akan berlangsung di SUGBK pada Kamis (5/6/2025), Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, berharap tidak ada lagi kejadian seperti saat melawan Bahrain. Tentunya terutama soal rasisme yang membuat Indonesia harus mendapatkan sanksi dan denda dari FIFA.
Erick Thohir pun menambahkan suporter Indonesia harus memperlihatkan sikap yang baik, apalagi nanti ada 3 ribu suporter China yang akan datang langsung ke SUGBK.
"Saya merasa kita harus menjadi tuan rumah yang baik," ujar Erick Thohir setelah menyaksikan latihan Timnas Indonesia di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Senin (2/6/2025).
"Kalau kemarin kita bisa menyambut suporter dari Arab Saudi, Jepang, Australia, dan Bahrain, sama ya, suporter dari China juga harus kita sambut dengan baik," lanjut Ketua Umum PSSI itu.
Tidak Boleh Terulang

Sanksi dan denda yang harus diterima Indonesia karena rasisme atau xenophobia dalam pertandingan melawan Bahrain pun diharapkan tidak lagi terjadi. Tak hanya di level tim nasional, tetapi juga di kompetisi liga domestik.
"Teguran dari FIFA karena ada diskriminasi seperti rasisme atau xenophobia, tidak lagi boleh terjadi. Sayang sekali karena itu juga menjadi sorotan," ujar Erick Thohir.
"Saya berulang kali menegaskan tidak boleh ada diskriminasi, baik ketika melawan tim luar negeri atau tim dalam negeri. Ketika di Liga pun tidak boleh ada hal-hal yang justru menjatuhkan sesama anak bangsa," lanjutnya.
{{ comment.content }}