Bola.com, Jakarta - Bagi penggemar sepak bola Indonesia pada era 2008 hingga 2014, akan mudah mengenali sosok Johan Juansyah. Pria yang menjadi gelandang petarung itu pernah mewarnai Liga Indonesia.
Persijap Jepara yang pada periode masa-masa kejayaan, melekat dengan kiprah Johan Juansyah. Ia lahir di Garut pada 25 Oktober 1988, mengawali kariernya di tim Persib U-19.
Kemudian Johan melejit setelah bergabung dengan Persijap Jepara. Kala itu, Laskar Kalinyamat memang menjadi satu di antara tim kuda hitam di Liga Indonesia bersama deretan pemain seperti Evaldo Silva, Paitoon Thiabma, Pablo Frances, dan nama-nama kondang lainnya.
Johan Juansyah tercatat bermain untuk Persijap selama enam musim. Setelah berkiprah di Jepara, ia bermain untuk Persija Jakarta, Persikabo, Persiba Balikpapan, PSCS Cilacap, dan PS Bengkulu sebelum pensiun pada Januari 2018.
Masa Kegelapan 10 Tahun Lalu

Banyak kenangan yang didapatnya selama aktif menjadi pemain sepak bola di Liga Indonesia. Momen atau kenangan buruk yang paling sulit ia lupakan adalah carut marutnya sepak bola Indonesia pada 2015.
Ya, kala itu seluruh kehidupan sepak bola Indonesia terhenti. FIFA memberikan sanksi pembekuan karena adanya intervensi dari pemerintah.
Pada 30 Mei 2015, FIFA menjatuhkan sanksi pembekuan terhadap PSSI karena adanya intervensi dari pemerintah, yang melanggar pasal 13 dan 17 dalam Statuta FIFA.
Sanksi ini muncul sebagai akibat dari konflik yang terjadi antara PSSI dan pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Pada 17 April 2015, Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, mengeluarkan Surat Keputusan yang membekukan PSSI, dengan alasan pemerintah perlu turun tangan untuk menangani perebutan kekuasaan di dalam organisasi sepak bola tersebut.
Langkah intervensi dari Kemenpora membuat FIFA bersikap tegas dengan membekukan sepak bola Indonesia. Sebelumnya, FIFA telah memberikan batas waktu hingga 29 Mei 2015 agar PSSI dan Kemenpora dapat menyelesaikan konflik.
Namun, karena tidak ada penyelesaian, FIFA akhirnya mengirimkan surat sanksi pada 30 Mei 2015, yang menyatakan PSSI melanggar Statuta FIFA, khususnya pasal 13 tentang Kewajiban Anggota, pasal 14 ayat 1 tentang Suspensi, dan pasal 17 tentang Kebebasan Anggota dan Turunannya.
Akibat dari pembekuan ini, Timnas Indonesia tidak diperbolehkan ikut serta dalam kompetisi sepak bola internasional, termasuk Kualifikasi Piala Dunia 2018 dan kualifikasi Piala Asia 2019.
Kehilangan Motivasi
Johan Juansyah menceritakan dirinya pernah berada di titik terendah dalam karier sepak bolanya saat momen sanksi FIFA untuk sepak bola Indonesia pada 2015. Kala itu, ia hendak bermain untuk Persib Balikpapan, setelah meninggalkan Persikabo.
Sendi-sendi sepak bola Indonesia terutama pelaksanaan kompetisi lumpuh saat itu. Membuat Johan merasa seperti sudah kehilangan motivasi di sepak bola.
"Saya gabung ke Persiba itu kompetisi stop, dibekukan sama Menpora yang kemudian lanjut sama FIFA. Jujur dari situ saya sudah enggak ada minat lagi ke sepak bola," terang Johan Juansyah dalam podcast Sport77 Official.
"Saya juga enggak tahu. Ya sudah malas saja. Malas buat main bola, buat apa? Latihan juga enggak, paling jogging tapi kan enggak yang kayak dulu misalnya nambah sendiri. Jadinya ya sudah malas saja, motivasi hilang motivasi di situ," beber pria berusia 36 tahun tersebut.
Punya Lisensi Pelatih
Johan Juansyah bercerita, saat itu hasratnya di dunia sepak bola benar-benar jauh berkurang. Ia tak menempatkan olahraga si kulit bundar dalam prioritasnya.
Namun kariernya bukan berarti tamat. Ia masih mencari klub yang bermain di kasta kedua seperti Persiba Balikpapan dan PSCS Cilacap.
"Tadinya ingin stop, cuma ya harus mikir lagi karena sudah punya anak dan istri. Tetap main tapi enggak ngoyo-ngoyo cari tim Liga 1," tuturnya.
"Sekarang Alhamdulillah sudah mulai aktif lagi. Kemarin juga ada beasiswa juga dari PSSI buat ambil lisensi C dalam kursus selama dua minggu. Lumayan ternyata susah juga jadi pelatih," tegas Johan Juansyah.
Sumber: Sport77 Official
{{ comment.content }}