
Jakarta - Dunia sepak bola profesional di Indonesia tampaknya selalu memiliki irisan dengan fenomena tarkam. Meski ada sekian banyak risiko yang mengintai, tak sedikit pesepak bola di Tanah Air yang terbuai.
Sampai saat ini, masih banyak ditemukan para pemain profesional yang mengikuti laga-laga tarkam alias antarkampung.
Berbagai faktor memang mendorong mereka untuk menerima tawaran bermain di level amatir tersebut. Selain karena bayaran per pertandingan yang menggiurkan, para pemain ini acap kali menggunakan alasan "menjaga kebugaran" saat mengikuti tarkam.
Biasanya, event-event semacam ini bergulir ketika kompetisi jeda.
Sementara bagi publik, kehadiran pesepak bola ternama semacam ini menjadi daya tarik tersendiri. Kapan lagi mereka bisa menyaksikan pemain-pemain nasional yang bisa ditonton secara lebih dekat dari pinggir lapangan?
Padahal, sebetulnya para pemain ini bisa saja menghadapi risiko, termasuk potensi cedera, yang bisa terjadi kapan saja. Ada pula yang mendapatkan hukuman dari Komdis PSSI karena terlibat tawuran.
Berikut Bola.com menyajikan ulasannya, mereka yang menjadi "korban" tarkam.
Momen Bersejarah! Botafogo berhasil mengalahkan juara Liga Champions, Paris Saint-Germain (PSG), dalam laga panas Piala Dunia Antarklub 2025!
Patah Kaki

Tahun lalu, tepatnya medio Juli 2024, Ilham Ramadhani, seorang pemain muda yang memperkuat Gresik United di Liga 2 2023/2024, harus mengalami nasib tragis seusai bermain tarkam di kota kelahirannya.
Dari laporan sejumlah media setempat, tarkam itu berlangsung di Lapangan Sumput, Kecamatan Driyorejo, Gresik. Ilham, ketika itu yang memperkuat Persido Sidowungu, mengalami patah tulang kaki.
Insiden ini bermula ketika dia hendak membuang bola di area pertahanan. Namun, kemudian datang pemain asal tim BMW Waru Gunung, Supaham, yang tiba-tiba memasang atau mengganjal kaki Ilham.
Supaham bukan sosok asing di dunia sepak bola. Penyerang asal Persebaya itu pernah memperkuat sejumlah tim elite, seperti Persebaya Surabaya, Persela Lamongan, Persija Jakarta, dan Persita Tangerang.
Akibat aksi Supaham tersebut, Ilham mengalami patah tulang pada kaki kanan. Dia pun harus naik meja operasi. Ini memupus kariernya. Padahal, ketika itu, ddia bakal meneken kontrak bersama Persikas Subang untuk mengikuti Liga 2024/2025.
Pemain Timnas Jadi Korban

Winger Timnas Indonesia, Zulham Zamrun, pernah merasakan pahitnya risiko bermain tarkam ketika masih aktif bermain. Insiden itu membuatnya harus menepi sekian lama karena mengalami cedera parah.
Momen itu terjadi ketika Zulham memutuskan turun pada ajang Habibie Cup bersama Persipare Parepare pada November 2015. Nahas, dia divonis mengalami cedera anterior cruciate ligament (ACL) seusai diterjang pemain Gasma Erekang, Ahmad Hisyam Tolle.
Hisyam Tolle juga bukan sosok yang asing lagi. Dia dikenal sebagai pemain yang "ganas" di lapangan. Bahkan, bek asal Ujung Pandang itu pernah dihukum Komdis PSSI larangan bermain selama lima tahun karena menendang pemain lawan dan mengintimidasi wartawan.
Akibat cedera ACL tersebut, Zulham Zamrun yang ketika itu memperkuat Persib Bandung, harus naik meja operasi. Dia harus menjalani masa pemulihan selama enam bulan sebelum bisa kembali bermain di lapangan.
Situasi yang dialami Zulham memang cukup pelik ketika itu. Sebab, akibat sanksi yang dijatuhkan oleh FIFA kepada PSSI, tidak ada kompetisi reguler yang bisa diselenggarakan di Indonesia.
Para pemain akhirnya harus mencari jalan keluar untuk mendapatkan penghasilan. Mengikuti tarkam menjadi satu di antara pilihan yang harus diambil, meski harus berkejaran dengan risiko yang merugikan.
Terlibat Insiden Pengeroyokan

Dunia sepak bola Indonesia pernah digegerkan dengan insiden kericuhan dalam sebuah pertandingan tarkam yang diikuti sejumlah pemain profesional, termasuk yang pernah berseragam Timnas Indonesia.
Dalam laga yang berlangsung di Lapangan Pule, Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Minggu (2-6-2024) itu, para pemain terlibat insiden pengeroyokan terhadap wasit yang memimpin laga tersebut.
Tujuh nama orang yang menjadi terlapor antara lain Bayu Pradana (Barito Putera), Komarudin (Persikabo 1973), Ilham Mahendra (Barito Putera), Hery Susanto (Eks Persita Tangerang), Heru Setyawan (Eks Kalteng Putra), Khrisna Sulistya (PSIM Yogyakarta), dan Wahyu Wijiastanto (Eks Timnas Indonesia).
Nama-nama ini akhirnya mendapatkan sanksi yang beragam. Bayu Pradana, eks gelandang Timnas Indonesia, dihukum Komdis PSSI Jawa Tengah dengan larangan bermain selama enam bulan dan sanksi denda sebesar Rp50 juta.
Sementara itu, Heru Setiawan (PSKC Cimahi), Komarudin (Persekat Tegal), (Ilham Zusril Mahendra (Barito Putera), Krisna Jhon (PSIM Yogyakarta), Wahyu Hendra Pambudi (Kalteng Putra), saat itu dihukum empat bulan dan denda Rp20 juta.
Adapun Heri Susanto (Persita Tangerang) memperoleh sanksi lima bulan dan denda Rp30 juta. Nama-nama ini sempat mendapatkan kritik keras dari publik lantaran bersikap di luar batas kewajaran ketika bermain tarkam.