Jakarta - Bagi pesepak bola profesional di belahan dunia mana pun, momen gantung sepatu jadi salah satu yang krusial, termasuk mereka yang pernah memperkuat Timnas Indonesia. Itu bukanlah akhir, tapi sebuah awal baru bagi perjalanan hidupnya.
Dalam perjalanan karier profesional sebagai seorang pesepak bola, yang biasa memulainya pada akhir usia belasan tahun, selama dua dekade berikutnya akan jadi perjalanan dengan begitu banyak kemungkinan pada ujungnya.
Satu hal yang pasti dan biasa terjadi. Pesepak bola biasa aktif hingga usia 30-an tahun, meski ada pula yang mampu bertahan hingga usia 40-an tahun, bahkan 50 tahun. Setelah itu, mereka akan gantung sepatu.
Berapa pun usia seorang pesepak bola memutuskan gantung sepatu, itu bukan akhir dari perjalanan hidupnya. Biasanya momentum gantung sepatu diiringi dengan persiapan menjalani karier baru, seperti pelatih sepak bola pada umumnya.
Begitupun dengan bintang Timnas Indonesia di masa lalu. Banyak yang kemudian mengambil keputusan melanjutkan hidup sebagai pelatih, seperti Firman Utina, Bambang Nurdiansyah, Aji Santoso, Fakhri Husaini, hingga Nova Arianto.
Banyak pula pesepak bola yang pernah memperkuat Timnas Indonesia memilih untuk berbisnis setelah tak lagi bermain sepak bola. Bola.com mengambil empat di antaranya yang tergolong unik dan sukses. Siapa saja mereka?
Shayne Pattinama sudah tiba di Bali untuk mengikuti pemusatan latihan Timnas Indonesia yang digelar pada Senin (26/5/2025). Terkait rumornya ke Buriram United, Shayne masih bungkam.
Aji Santoso

Seperti kebanyakan mantan pemain Timnas Indonesia, Aji Santoso juga menjadi pelatih sepak bola, mulai dari level klub hingga pernah menangani tim nasional.
Namun, bicara kesuksesan, Aji Santoso tak hanya sukses di lapangan hijau sebagai pemain maupun pelatih. Ia juga punya usaha lain yang cukup sukses.
Aji Santoso memiliki sebuah akademi sepak bola dengan nama Aji Santoso International Football Academy (ASIFA) yang berada di Malang, kota asalnya.
ASIFA merupakan akademi yang melahirkan pemain potensial sejak usia muda, seperti Saddil Ramdani, Bayu Fiqri, M. Rafli, dan masih banyak lagi.
Jauh sebelum mendirikan ASIFA, Aji Santoso juga pernah merintis sebuah bisnis produksi sepatu sepak bola dengan nama Super Copa. Sepatu ini diproduksi di Pasuruan, Jawa Timur, ketika Aji Santoso belum lama memutuskan gantung sepatu.
Supriyono Prima

Nama yang satu ini mungkin lebih banyak dikenal sebagai komentator pertandingan sepak bola di stasiun televisi nasional.
Mantan pemain Timnas indonesia yang pernah tergabung dalam program Primavera di Italia ini dulunya harus pensiun dini, ketika usianya masih 23 tahun.
Setelah tidak lagi berkecimpung sebagi pemain sepak bola, Supriyono Prima juga mendirikan sekolah sepak bola dengn nama Mutiara Primavera.
Namun, yang menarik, Supriyono Prima juga menjalankan bisnis di luar lapangan hijau, yaitu di bidang kuliner. Supriyono Prima berkecimpung di dunia kuliner lewat Ayam Goreng Nikmat Panaitan di Bandung.
Mantan pesepak bola nasional itu menjalankan bisnis kuliner itu bersama sang istri. Sempat ingin ekspansi ke Jakarta, karena begitu banak kendala, ia memilih membesarkan bisnisnya itu di Kota Kembang, dan menjadi terkenal hingga saat ini.
Zaenal Arif

Selain menjadi pelatih, kebanyakan pesepak bola di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mencoba menggandakan profesinya dengan bergabung besama Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) atau pun Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Selain itu juga ada yang memilih untuk mendaftar menjadi pegawai negeri sipil (PNS) yang belakangan lebih karib disebut Aparatur Sipil Negara (ASN).
Sebut saja Ilham Jaya Kesuma, Ricardo Salampesy, hingga Boaz Solossa terdaftar sebagai PNS. Namun, satu yang memang mudah terlintas di kepala jika bicara pesepak bola yang menjadi PNS adalah Zaenal Arif.
Mantan pemain Persib Bandung itu menjadi PNS di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. Ia bertugas untuk melakukan sosialisasi pajak kepada masyarakat umum.
Bambang Pamungkas

Striker mematikan yang pernah dimiliki Timnas Indonesia dan kerap enggan disebut legenda ini boleh terbilang sebagai sosok yang cukup mempersiapkan segala hal sebelum gantung sepatu.
Bambang Pamungkas, yang menjalani debutnya bersama Timnas Indonesia pada usia 19 tahun itu, sudah kerap mendapat tawaran menjadi brand ambassador, atau sekadar bintang iklan, sejak masih aktif bermain di lapangan hijau.
Bahkan sejumlah usaha pernah dijalankan Bepe, sapaan karibnya, ketika masih menjadi pesepak bola, termasuk bersama beberapa koleganya mendirikan sebuah media online khusus olahraga pada 2013.
Setelah pada akhirnya gantung sepatu pada 2019, Bambang Pamungkas tetap mendapatkan kepercayaan menjadi brand ambassador sejumlah merek, mulai dari fashion hingga produk makanan dan minuman.
Tak hanya sukses menjadikan dirinya sebagai 'model', Bambang Pamungkas juga menjajal kemampuannya dalam dunia komunikasi yang digabungkan dengan latar belakangnya sebagai pesepak bola, dengan menjadi komentator pertandingan sepak bola nasional di televisi swasta.
Selain itu, Bambang Pamungkas yang namanya besar bersama Persija Jakarta, klub terakhir sebelum dirinya memutuskan pensiun, juga kembali ke tim berjulukan Macan Kemayoran itu sebagai manajer tim.
Dengan pengalamannya sebagai individu menjadi pesepak bola andal dan kemampuannya mengelola banyak hal di luar lapangan, Bepe dipercaya untuk mengelola Persija Jakarta hingga saat ini.
{{ comment.content }}