Posisi saat ini: Rumah Pesan

Diminta Out Suporter, Begini Tanggapan Direkrut Utama PSS Sleman Gusti Randa

2025-06-07 23:30:01
2
Presiden Direktur PT Putra Sleman Sembada (PSS), Gusti Randa, menyampaikan keterangan kepada wartawan di Omah PSS, Sleman, Jumat (8/9/2023) sore. (Bola.com/Ana Dewi)

Sleman - Direktur Utama PSS Sleman, Gusti Randa, buka suara mengenai tuntutan suporter yang meminta agar dirinya dan manajer tim, Leonard Tupamahu, out dari Bumi Sembada. Apa katanya?

"Saya kira secara psikologis masa itu pasti menekan bukan saat itu saja, jauh sebelum itu sebetulnya. Kita kan sempat tiga kali ganti pelatih. Dari Wagner Lopes ke Mazola Junior akhirnya ke Pieter Huistra," ujar Gusti Randa.

"Itu kan sebetulnya karena ada dinamika. Wagner, siapa sih yang enggak tahu Wagner Lopes, sebagai pemain dia membawa Jepang ke Piala Dunia. Ternyata atmosfer sepak bola Indonesia enggak cocok, akhirnya kita ganti."

"Dengan Mazola pun hanya sekian pertandingan. Nah karena ada tekanan, terus bagus. Kita ganti pelatih yang pernah menukangi Borneo FC, di tengah musim itu Borneo di atas. Jadi ini upaya kita," lanjutnya.

 


Bak Beli Kucing dalam Karung

Pelatih anyar PSS Sleman, Mazola Junior. (dok. PSS Sleman)

Pergantian pelatih dianggap sebagai solusi instan untuk bisa membangkitkan performa tim. Namun, nyatanya tidak semua klub sukses setelah mengganti sang juru taktik. PSS menjadi contohnya.

Bukan cuma karena faktor pelatih, Gusti Randa menyebut ada hal lain lagi yang menjadi biang kerok sulitnya PSS bersaing hingga berujung degradasi. Menurut dia, timnya apes dalam merekrut pemain musim lalu.

"Pemain PSS kemarin itu betul-betul kita kaget. Misalnya ada pemain yang kita kontrak, kita mendapatkan informasi bagus, kita lihat sendiri bagus, ternyata rawan cedera. Sleman itu mengalami hal seperti itu," beber Gusti Randa.

"Sehingga kita kalau ada delapan pemain asing kita daftarkan untuk bermain enam saja agak sulit. Ya sudah dengan situasi seperti itu kita berupaya. Jadi tekanan-tekanan itu sudah dari awal. Tapi kan enggak bisa kita ngomong sama teman-teman suporter. Mereka tahunya pokoknya menang," ucapnya.

Ya, Gusti Randa dan Leonard Tupamahu memang dianggap sebagai sosok yang paling bertanggung jawab atas jebloknya prestasi tim berjulukan Super Elang Jawa tersebut. Desakan mundur disuarakan suporter PSS lewat media sosial.

 


Banyak Invisible Hand

Pria yang juga berprofesi sebagai pengacara itu mengatakan, persaingan tim-tim papan bawah klasemen sangat ketat. Perjuangan untuk mentas dari zona merah tidaklah mudah.

"Apalagi kalau sudah pekan-pekan terakhir itu, misalnya pekan 31-34 invisible hand itu banyak. Enggak usah kita ceritakan. Sehingga pertandingan ini tergantung dengan pertandingan sana," kata pria berusia 59 tahun tersebut.

"Lalu, pertandingan sana juga tergantung dengan pertandingan di sini. Bagaimana mencari sistemnya? Enggak ada, sepanjang sistemnya semua ketemu 18 klub akan terjadi seperti itu," sambungnya.

 


Babak Belur

PSS Sleman jelang menghadapi Dewa United di Stadion Maguwoharjo dalam lanjutan BRI Liga 1 2024/2025 pekan ke-29. (Bola.com/Ana Dewi)

Tim Elang Jawa hancur lebur di BRI Liga 1 2024/2025. Skuad berlogo Candi tersebut gagal bersaing dan harus menerima kenyataan pahit terdegradasi ke Liga 2 2025/2026.

Finis di posisi 16 klasemen akhir, PSS turun kasta bareng Barito Putera dan PSIS Semarang. Tim besutan Pieter Huistra itu cuma mampu memetik 11 menang, empat imbang, dan 19 kalah dari 34 pertandingan.

Kegagalan tim kebanggaan warga Sleman itu bertahan di kasta teratas Liga Indonesia sebetulnya tidak mengherankan. PSS memang memulai start buruk dengan tiga kekalahan beruntun pada awal musim.

Komentar

captcha
Kirim komentar
  • Gambar profil
    {{ currentUser.username }} {{ comment.created_at }} IP:{{ comment.ip_addr }}

    {{ comment.content }}

Belum ada komentar

Pembaruan terkini