
Jakarta - Madura United siap menyongsong Liga 1 2025/2026 dengan menjadikan hasil yang tak memuaskan di musim sebelumnya.
Di musim 2024/2025, tim berjuluk Laskar Sape Kerrab menyudahi BRI Liga 1 dengan finis di posisi ke-15. Padahal, semusim sebelumnya, Madura United menorehkan pencapaian cukup mentereng di posisi keempat.
Di musim yang baru, Madura United membenahi mesing perangnya. Salah satu amunisi yang diangkut ke Pulau Garam adalah eks pemain Timnas Nasional berdarah Batak, Paulo Sitanggang.
Fans pastinya berharap, tim kesayangan bisa kembali bersaing dalam perburuan gelar kasta tertinggi Indonesia.
Bagi warga Madura di seluruh Indonesia, Laskar Sape Kerrab, tak hanya sekadar tim sepak bola melainkan juga sebagai lem perekat.
Lem Perekat Warga Madura

Hal tersebut ditegaskan sang presiden klub Achsanul Qosasi, lewat kanal YouTube Liputan 6 Sport belum lama ini.
"Ceritanya agak panjang. Tapi sebenarnya sepak bola Madura itu didirikan bukan seperti bagaimana daerah-daerah lain mendirikan klub bola. Madura ini butuh lem perekat antara semua kabupaten yang ada di Madura," Achsanul Qosasi.
"Lem perekat ini saya betul-betul mencari bagaimana caranya antara barat dan timur menjadi satu kesatuan anak mudanya. Karena kalau kita bicara orang Madura itu kan sifatnya dalam tanda petik ia egoismenya agak tinggi," imbuhnya.
Pengubah Citra

Menurut Achsanul Qosasi, orang Madura selalu unggul di mana-mana. Hanya saja belum memiliki sebuah wadah yang bisa menjadi lem perekat sebagai pemersatu.
"Di mana-mana selalu unggul. Mau dia merantau ke Kalimantan dia unggul, ke Jakarta dia unggul. Semua begitu. Tapi tidak ada lem perekat di antara mereka. Bagaimana orang Madura yang ada di Kalimantan, orangt Madura yang ada di Jakarta, atai di antara Madura sendiri itu nggak punya lem perekat," tukas pria eks anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
"Lem perekat pemersatu mereka itu apa? Nah, sebagai wakil rakyat Madura waktu itu saya di DPR saya merasa berkewajiban untuk mencari ini bagaimana caranya agar anak-anak muda di Madura itu bersatu di antara mereka sehingga nanti gampang mereka untuk memiliki bargaining yang kuat dengan teman-temannya yang ada di daerah lain," ujarnya menambahkan.
"Karena Madura ini selalu kalau orang Madura berbicara dengan orang di luar Madura posisinya sudah dianggap kalah 1-0. Kita sendiri merasa minder. Karena orang Madura dicap oleh hampir semua orang di luar Madura bahwa orang Madura tertinggal, bahwa orang Madura bodoh, orang Madura tidak sejahtera"
"Jadi yang seperti ini harus diubah citranya bahwa di Madura itu tidak seperti itu. Agar orang luar benar-benar mengenal orang Madura seutuhnya. Bagaimana orang bisa datang ke Madura, bagaimana orang Madura juga melihat dunia luar satu-satunya alat untuk itu hanya sepak bola," pungkasnya.
Sekadar informasi, Madura United dulunya adalah klub Pelita Bandung Raya (PBR). Achsanul Qosasi kemudian mengakuisisinya pada 10 Januari 2016.