Posisi saat ini: Rumah Pesan

10 Momen Perjalanan Timnas Indonesia Satu Dasawarsa Terakhir: Usia Muda Melejit, Tim Senior Sedang Menggapai Langit

2025-04-28 20:30:02
5
Artikel 10 tahun Bola.com - Kolase Timnas Indonesia 2015-2025 (Boal.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Kediri - Dalam sepuluh tahun terakhir prestasi Timnas Indonesia yang meningkat cukup pesat di semua level mulai diperhitungkan di kawasan Asia dan Dunia.

Selama periode 2015-2025, PSSI dipimpin enam ketua umum, mulai La Nyalla Mattalitti, Edy Rahmayadi, Joko Driyono, Iwan Budianto, Mochamad Iriawan, hingga Erick Thohir.

Dinamika terjadi dalam rentang waktu tersebut. Ada masa peralihan usai konflik di tubuh PSSI yang menyebabkan dualisme kompetisi LPI dan ISL membuat prestasi Timnas Indonesia terpuruk.

Empat Ketua Umum PSSI itu tak pernah menyelesaikan tugasnya hingga paripurna akibat berbagai masalah internal. La Nyalla Mattalitti hanya setahun mengemban tugas. Edy Rahmayadi pun harus menyerahkan jabatannya karena mosi tak percaya dari para anggota.

Joko Driyono sebagai pelaksana tugas selama tiga bulan pun terbelit kasus penghilangan barang bukti administrasi PSSI. Begitu pula Iwan Budianto yang menggantikan Joko Driyono cuma delapan bulan duduk di kursi panas.

Nah, cuma Mochamad Iriawan yang berhasil menuntaskan tugasnya hingga paripurna. Kemudian, di tangan Erick Thohir yang visioner, PSSI benar-benar bermetamorfosis menjadi kekuatan hebat.

Yuk kita telusuri gelar apa saja yang telah diraih Timnas Indonesia di semua level selama 10 tahun terakhir. Kondusifnya suasana saat dipimpin Mochamad Iriawan membuahkan prestasi yang patut dibanggakan ketika Erick Thohir memimpin.

Kelompok umur U-16, U-19, dan U-22 mulai unjuk gigi. Timnas Indonesia mulai membuka keran naturalisasi dengan memulangkan beberapa pemain diaspora.

 


1. Masa Sulit pada 2015

Timnas Indonesia U-23 menderita kekalahan 2-4 dalam partai perdananya melawan Myanmar U-23 babak penyisihan Grup A SEA Games 2015 di Stadion Jalan Besar, Singapura. Selasa (2/6). (Bola.com/Arief Bagus)

Harus diakui, 2015 adalah masa sulit dalam transisi. Pada tahun ini, sebagai imbas konflik kompetisi di Tanah Air, sepak bola Indonesia dibekukan oleh FIFA. Timnas Indonesia pun berada di peringkat 179 FIFA di bawah Timor Leste dan Laos.

La Nyalla Mattalitti lebih fokus membenahi organisasi dan menyatukan kompetisi yang terbelah antara LPI dan ISL. Sehingga seolah Timnas Indonesia seolah terabaikan.

Meskipun pada itu, Pieter Huistra sebagai Direktur Teknik Timnas Indonesia ditunjuk sebagai pelatih sementara Timnas Indonesia, menggantikan Alfred Riedl.

 


2. Titik Kebangkitan pada 2016

Koordinasi antara Kurnia Meiga, Manahati Lestusen dan Abdu Lestaluhu usai mengalahkan Vietnam pada leg pertama semi-final AFF Cup 2016 di laga AFF Cup 2016 di Stadion Pakansari, Bogor, (03/12/2016). (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Ketika FIFA telah mencabut sanksi pembekuan keanggotaan akibat konflik PSSI dengan Pemerintah, Timnas Indonesia pun mulai berkiprah lagi di ajang antarnegara.

Timnas Indonesia terpuruk di posisi ke-180 dalam ranking FIFA, yang merupakan posisi terbawah dibandingkan negara ASEAN lainnya.

Tahun inilah era kebangkitan Timnas Indonesia. Posisi runner-up Piala AFF 2016 langsung disabet setelah kalah dari Thailand di final dengan agregat 2-3. Adalah Alfred Riedl yang berjasa merengkuh gelar tersebut.

Pencapaian Timnas Indonesia di Piala AFF 2016 terbilang fenomenal karena persiapan singkat justru membuat Garuda melesat ke partai puncak.

Apalagi jalan Indonesia menuju Piala AFF 2016 penuh liku dan kontroversi. Mulai dari penunjukan kembali sosok Alfred Riedl sebagai pelatih hingga adanya pembatasan pemain dimana hanya ada dua pemain yang boleh dipanggil ke timnas dari setiap klub.


3. Asa Luis Milla pada 2017 dan 2018

Pemain timnas U-22 dan pelatih berfoto bersama usai menang melawan Myanmar dalam laga final perebutan medali perunggu Sea Games 2017 di Stadion MPS, Selayang, Malaysia, Selasa (29/8). Indonesia menang dengan skor 3-1. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Kehadiran pelatih asal Spanyol, Luis Milla, sempat memberi dampak positif terhadap sepak bola Indonesia pada 2017 dan 2018. Satu setengah tahun menjabat, Luis Milla turut mengantarkan Timnas Indonesia naik ke posisi 159 peringkat FIFA. Indonesia unggul enam tingkat dari negeri jiran, Malaysia.

Luis Milla yang moncer sebagai pemain dan pernah memberi gelar juara kepada Timnas Spanyol U-21 di Euro U-21 2011 jadi harapan baru sepak bola Indonesia.

Luis Milla sempat mengantarkan Indonesia finis di posisi ketiga di SEA Games 2017, merebut medali perunggu setelah mengalahkan Myanmar dengan skor 3-1.

Pada Asian Games 2018, sebagai tuan rumah, Timnas Indonesia U-23 juga gagal mencapai target. Mereka harus terhenti di babak 16 besar usai disingkirkan Uni Emirat Arab. Akan tetapi, kontrak Luis Milla tak diperpanjang dan kursi kepelatihan dilanjutkan oleh Simon McMenemy pada 2019.

 


4. Rontoknya Timnas Indonesia di Tangan Simon McMenemy pada 2019

Pelatih Timnas Indonesia, Simon McMenemy, tampak lesu usai ditaklukkan Malaysia pada laga kualifikasi Piala Dunia 2022 di SUGBK, Jakarta, Kamis (5/9). Indonesia takluk 2-3 dari Malaysia. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Berada di bawah kendali Simon McMenemy, Timnas Indonesia justru semakin terpuruk dengan menelan lima kekalahan di fase grup Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia.

Akibatnya, Timnas Indonesia menjadi juru kunci klasemen Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia.

Hal tersebut kian membuat posisi Indonesia di ranking FIFA menurun drastis. Indonesia harus menerima kenyataan berada di posisi ke-173 ranking FIFA pada update terakhir 19 Desember 2019.

 


5. Mulai Berlari Cepat Lewat Timnas Kelompok Usia pada Akhir 2019

Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, bersama pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, dalam perkenalan pelatih Timnas Indonesia di Stadion Pakansari, Cibinong, Sabtu (28/12). PSSI Kontrak Shin Tae-yong 4 Tahun sebagai Pelatih Timnas.(Bola.com/Yoppy Renato)

PSSI memperkenalkan Shin Tae-yong sebagai pelatih baru Timnas Indonesia pada 28 Desember 2019. Kedatangan pelatih asal Korsel ini mengembuskan harapan besar.

Reputasi pria yang akrab disapa dengan akronim namanya STY ini di KFA, Federasi Sepakbola Korsel, sangat mumpuni. Dia adalah yang mempermalukan Jerman di Piala Dunia 2018 Rusia.

STY juga punya segudang pengalaman menangani semu level Timnas Korsel. Jejak rekam itulah alasan PSSI memberi tugas STY memoles Timnas Indonesia Junior hingga Senior.

Namun, belum genap setahun, Pandemi Covid-19 yang menghantam Bumi menghalangi tugas STY di Timnas Indonesia. Namun dia tak patah arang. STY jadi inspirator kebangkitan Timnas Indonesia di level ASEAN, Asia, hingga Dunia.

Timnas Indonesia U-16, U-19, hingga U-22 menorehkan catatan indah. Skuad Garuda Muda, julukan Timnas Indonesia U-22, membuka 2019 lewat raihan impresif. Tim asuhan Indra Sjafri itu keluar sebagai kampiun Piala AFF U-22 2019 yang diselenggarakan di Kamboja.

Hanya saja, kiprah apik di Piala AFF U-22 2019 tidak berlanjut di Kualifikasi Piala Asia U-23 2020 yang digelar di Vietnam sebulan berselang.

Namun, performa brilian kembali ditunjukkan Timnas Indonesia U-22, di SEA Games 2019 dengan meraih medali perak. Tahun ini juga ditandai lolosnya Timnas Indonesia U-16 asuhan Bima Sakti dan Timnas Indonesia U-19 ke Piala Asia.

 


6. Langkah Awal STY pada 2020

Shin Tae-yong dikenal dengan pelatih yang gemar memainkan pemain muda di skuat Merah Putih. Hal tersebut terlihat saat Timnas Indonesia berlaga di Kualifikasi Piala Dunia 2022. Namun, sebaiknya pria asal Korea Selatan itu harus mempertimbangkan memainkan pemain senior. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

PSSI menyatakan puas dengan kinerja Timnas Indonesia di Piala AFF 2020, di mana skuad Garuda yang dilatih Shin Tae-yong menduduki peringkat kedua.

Timnas Indonesia, yang rerata usia pemainnya 23,8 tahun, memastikan diri menjadi runner-up Piala AFF 2020 setelah mengimbangi Thailand dengan skor 2-2 pada leg kedua final di Stadion Nasional Singapura. Inilah catatan awal manis bagi STY.


7. Kisah Indah Berlanjut pada 2021

Pemain Timnas Indonesia U-23, Rizky Ridho (kiri) melakukan selebrasi usai mencetak gol kedua timnya saat laga lanjutan Grup A SEA Games 2021 antara Timnas Filipina melawan Timnas Indonesia di Stadion Viet Tri, Phu Tho, Vietnam, Jumat (13/05/2022). (Bola.com/Ikhwan Yanuar)
 

Setelah menjadi runner-up Piala AFF 2020, Timnas Indonesia kembali mencatat prestasi cukup baik untuk SEA Games 2021.

Keberhasilan meraih perunggu dan mengalahkan Malaysia ini memberikan bukti Shin Tae-Yong sukses dalam meleburkan pemain muda dan senior menjadi kekuatan di masa depan.


8. Momen Fenomenal pada 2023

Timnas Indonesia U-22 berselebrasi di podium setelah memenangkan pertandingan final sepak bola putra melawan Thailand 5-2 pada SEA Games 2023 di Phnom Penh, Kamboja, Selasa, 16 Mei 2023. Sukses ini mengakhiri penantian 32 tahun meraih medali emas sepak bola SEA Games. (foto: Nhac NGUYEN / AFP)

Timnas Indonesia membuat sejarah dengan lolos pada Piala Asia 2023. Timnas Indonesia membuka Kejutan saat membungkam tuan rumah Kuwait dengan skor 2-1. Kemenangan ini mematahkan rekor 42 tahun tak pernah menang atas Kuwait.

Pada Piala Asia ini, Timnas Indonesia pun masih berhak lolos ke babak perempat final berkat posisi ketiga terbaik. Prestasi ini menasbihkan Timnas Indonesia juga langsung bertarung di putaran final Piala Asia 2025.

Timnas Indonesia U-23 pun nyaris tampil di Olimpiade Paris 2024, jika tak dijegal Guinea 0-1 di fase play-off antar-Konfederasi. Kendati begitu, Timnas Indonesia U-23 dapat jatah tampil di Piala Asia U-23 tanpa lewat babak kualifikasi.

Sementara di SEA Games 2023, Indra Sjafri mempersembahkan medali emas. Pelatih asal Padang ini memecahkan rekor yang terpendam selama 32 sejak terakhir Timnas Indonesia mengalungkan emas pada 1991 silam.

 


9. Menatap Dunia pada 2024

Berikut ini potret perjuangan Timnas Indonesia sepanjang tahun 2024, mulai dari perjuangan mereka di Piala Asia 2023, lolos ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, hingga berkompetisi di Piala AFF 2024. Tak hanya itu, deretan prestasi gemilang dari Skuad Garuda Muda dan Timnas Indonesia Putri terangkum ke dalam galeri khusus kaleidoskop 2024 ini. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Kisah indah era STY terus berlanjut. Setelah melalui putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026, kini Timnas Indonesia pun sedang berjuang bisa lolos langsung ke pesta sepak bola terbesar di AS, Kanada, dan Meksiko tahun depan.

Kebijakan naturalisasi masih yang dilakukan Ketum PSSI Erick Thohir membuat kekuatan Timnas Indonesia sangat ditakuti lawan. Arab Saudi, Bahrain, China, dan Australia, kecuali Jepang seolah terbelalak.

 


10. Menentukan Masa Depan pada 2025

Pemain Timnas Indonesia, Jay Idzes (tengah) bersama rekan setimnya setelah mencetak gol dalam pertandingan putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia melawan Australia di Sydney Football Stadium pada Kamis, 20 Maret 2025. (Saeed KHAN/AFP)

Tahun 2025 yang ditandai shio ular kayu diawali kegagalan STY di Piala AFF 2024. Rontoknya Timnas Indonesia yang bermaterikan pemain U-22 jadi alasan PSSI untuk memutus kontrak.

Kursi panas pelatih pindah dari STY ke tangan Patrick Kluivert. Salah satu striker legendaaris Timnas Belanda ini diharapkan meneruskan peluang Timnas Indonesia melangkah ke Piala Dunia 2026 nanti.

Timnas Indonesia U-20 asuhan Indra Sjafri pun tumbang di Piala Asia. Namun dua kegagalan itu ditebus prestasi spektakuler yang ditorehkan Nova Arianto mengantar Timnas Indonesia U-17 ke Piala Dunia U-17 Qatar, November mendatang.

Tim Garuda Muda ini mendahului dan membuka jalan Timnas Indonesia Senior ke Piala Dunia 2026. Kita tunggu apakah episode indah itu berlanjut di semua level Timnas Indonesia?

Komentar

captcha
Kirim komentar
  • Gambar profil
    {{ currentUser.username }} {{ comment.created_at }} IP:{{ comment.ip_addr }}

    {{ comment.content }}

Belum ada komentar

Pembaruan terkini