Jakarta - Beberapa perkembangan bagus terjadi di BRI Liga 1. Beberapa inovasi seperti penggunaan VAR di liga level tertinggi sepak bola Indonesia layak diapresiasi.
Selain itu dalam banyak kesempatan BRI Liga 1 juga menghadirkan wasit asing. Mereka dihadirkan untuk memimpin laga-laga krusial atau yang mempertemukan klub-klub besar.
Belakangan ada fenomena yang cukup menarik di sepak bola Indonesia, terutama di BRI Liga 1. Nilai pasar para lokal terus mengalami kenaikan tajam.
Nilai pasar itu akan semakin melejit jika sang pemain pernah merasakan panggilan Timnas Indonesia. Kontrak mereka dalam semusim bisa lebih dari Rp3 miliar.
Sebagai acuan dasar, kita bisa melihat data perkiraan nilai pasar dari Transfermarkt. Rata-rata pemain lokal yang berbau Timnas Indonesia memiliki nilai yang fantastis.
Laga Persebaya Surabaya vs Bali United sempat tertunda beberapa saat akibat aksi para Bonek yang menyalakan flare di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jumat (23/5/2025) malam WIB.
Nyaman

Godaan untuk terus bermain di dalam negeri memang menggiurkan bagi para pemain lokal. Selain tawaran gaji yang sangat menggiurkan, mereka juga digoda dengan banyaknya merek yang bisa menempel dan memberikan tambahan keuangan bagi mereka.
Kita ambil contoh bek Timnas Indonesia dan Persija Jakarta, Rizky Ridho. Pemain berusia 23 tahun itu kabarnya mendapatkan kontrak yang besar dari manajemen Macan Kemayoran.
Selain itu pesona Rizky Ridho sebagai pemain muda yang tengah naik daun juga mengundang banyak merek untuk mengambil personanya sebagai bintang iklan.
Sejauh ini ada belasan merek yang bekerja sama dengan Rizky Ridho. Mulai dari merek sepatu, jam, makanan, air mineral, bahkan semen.
Pengakuan Asnawi

Pemain Timnas Indonesia, Asnawi Mangkalam melakukan keputuan berani. Asnawi menerima tawaran dari klub Korea Selatan, Ansan Greeners pada 2020.
Menurut Asnawi Mangkualam, kesempatan untuk pemain Indonesia bermain di luar negeri sebenarnya cukup sedikit. Sebab, kualitas sepak bola negeri ini secara umum memang masih perlu terus dilakukan perbaikan.
"Pemain Indonesia sangat sulit dapat kesempatan bermain di luar. Ketika ada tawaran datang untuk saya, kenapa tidak," kata Asnawi Mangkualam di Sport77 belum lama ini.
Bahkan, Asnawi Mangkualam sedikit membocorkan besaran gaji yang ia terima di Korea Selatan yang jauh lebih kecil ketimbang apa yang ia dapatkan di Indonesia.
"100 di Indonesia, di Korea 30 atau 20," tandas Asnawi.
Pasar Semakin Bebas

Belum lama ini PT Liga Indonesia Baru (LIB) mengeluarkan proposal menarik. Mereka berencana menambah kuota pemain asing untuk BRI Liga 1 musim 2025/2026.
Nantinya setiap kontestan BRI Liga 1 2025/2026 bisa mendaftarkan 11 pemain asing, dengan delapan pemain yang bisa dibawa dalam pertandingan. Meski kebijakan itu kemudian direvisi dan tidak akan dipakai dalam waktu dekat.
"Sudah definitif artinya pemain itu tetap seperti kemarin BRI Liga 1 2024/2025), yang didaftarkan delapan, kemudian yang bermain enam. Jadi gak ada tuh 11," kata Ferry Paulus, Sabtu (24/5/2025) malam.
Namun, hal itu seharusnya menjadi pertanda bahwa tidak lama lagi sepak bola Indonesia bisa memasuki pasar bebas. Sebab, di Asia banyak negara yang mulai membuka seluas-luasnya kesempatan bagi klub untuk menggaet pemain asing.
Mulai Berani

Memang masih banyak pemain lokal berbakat yang masih terus merasa nyaman untuk bermain di negara sendiri sampai saat ini. Namun, jumlah mereka yang berani berkarier di luar negeri juga mulai bertambah.
Ramadhan Sananta menjadi nama terbaru yang melakukan itu. Sananta belum lama ini menerima tawaran dari klub Brunei Darussalam yang bermain di Liga Malaysia, DPMM FC.
Sebelumnya, sudah ada Pratama Arhan dan Asnawi Mangkualam yang nyaman di Thailand. Kemudian ada Ronaldo Kwateh dan Meshaal Hamzah yang melakukan hal serupa.
Tentu kita berharap semakin banyak pemain yang mau mengambil risiko lebih untuk mencoba berkarier di luar negeri. Keberanian itu bisa menjadi modal penting bagi karier mereka.
{{ comment.content }}