Jayapura - Presiden PSBS Biak, Yan Permenas Mandenas, ikut meramaikan polemik yang mencuat soal kepemimpinan wasit pada laga BRI Liga 1 2024/2025. Kritik yang disampaikan itu terjadi seusai timnya kalah dari Persis Solo pada pekan ke-32.
Dalam duel yang berlangsung di Stadion Lukas Enembe, Kabupaten Jayapura, Minggu (11/5/2025) siang WIB itu, PSBS Biak harus mengakui keunggulan tim tamu Persis Solo setelah digulung dengan skor 0-2.
Terlepas dari hasil pertandingan ini, Yan Permenas Mandenas berharap Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, melakukan evaluasi untuk wasit yang ditugaskan. Perangkat pertandingan ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas Liga Indonesia.
“Dalam pertandingan PSBS Biak melawan Persis Solo di kandang kami, Stadion Lukas Enembe ini, saya merasa ada yang kurang dari kepemimpinan wasit pada sore ini,” ujar Yan Permenas Mandenas via akun Instagramnya.
“Saya meminta Pak Erick Thohir untuk membenahi kinerja perangkat pertandingan di Indonesia, karena Liga Indonesia akan makin baik kalau perangkat pertandingannya akan lebih baik,” lelaki kelahiran Nabire itu melanjutkan.
Dalam video kali ini, kita akan melihat bagaimana euforia para pemain Persib merayakan gelar juara mereka di Graha Persib. Momen penuh kebahagiaan dan kebanggaan ini menunjukkan betapa pentingnya kemenangan ini bagi tim, para pemain, dan tentunya par...
Gunakan Wasit Jepang dan Korea

Lelaki yang kini menjabat sebagai Anggota Komisi III DPR RI itu berharap PSSI bisa membenahi kualitas wasit. Pasalnya, klub-klub di Indonesia sudah menginvestasikan banyak biaya untuk membangun sepak bola.
“Jadi, tolong PSSI menugaskan perangkat pertandingan yang terbaik ke depannya untuk memimpin pertandingan. Supaya pertandingan demi pertandingan itu benar-benar wasit fair dan tidak merugikan tim tamu bahkan tim tuan rumah,” ujarnya.
“Karena membangun sepak bola di Indonesia ini, setiap klub menginvestasikan modal yang besar untuk membiayai tim. Tetapi hadiah yang dikejar sebetulnya tidak seberapa, tetapi gengsinya tinggi,” imbuhnya.
Lelaki berusia 42 tahun itu juga menyarankan PSSI untuk mempertimbangkan penggunaan wasit-wasit dari Jepang atau Korea Selatan. Menurutnya, wasit asing bakal bersikap lebih netral ketimbang pengadil lokal.
“Jadi saya berharap ke depan, kalau bisa pakai wasit-wasit dari Jepang, Korea, atau dari mana saja, untuk memimpin pertandingan di Indonesia. Wasit Indonesia kasih saja ke tempat lain. Supaya kualitas pertandingan kita dipimpin oleh wasit-wasit yang lebih netral,” katanya.
Tragedi Kanjuruhan Bisa Terulang
Selain itu, alumnus program Magister Sosiologi dari Universitas Indonesia itu juga mengingatkan buruknya kepemimpinan wasit bisa memancing amarah suporter. Situasi semacam ini bisa membuat Tragedi Kanjuruhan terancam terulang.
“Jangan sampai terjadi seperti laga ini, karena saya pikir kami berusaha memberikan perlawanan yang bagus, tetapi ketika wasit tidak memberikan fair play yang baik, ini memancing mentalitas pemain dan suporter juga jadi terpancing,” ujar Yan Mandenas.
“Dan akan rusuh lagi seperti kasus Kanjuruhan di Malang. Jadi, kualitas wasit di Indonesia harus ditingkatkan untuk meningkatkan grade sepak bola Tanah Air. Sehingga, sepak bola kita semakin menarik untuk ditonton,” lanjutnya.
Apresiasi untuk Persis

Terlepas dari kekalahan yang dialami skuad asuhan Marcos Samso, Mandenas tetap melayangkan apresiasi untuk Persis Solo yang memenangkan laga ini. Dia menyebut kedua tim sebetulnya sudah bertarung dengan baik di lapangan.
“Jadi, alasan mengapa tim-tim sepak bola di Indonesia ini bukan semakin banyak dukungan suporter, tetapi semakin menurun suporternya, ini karena kualitas kepemimpinan wasit yang membuat tidak menarik para suporter,” ujar Mandenas.
“Karena seakan pertandingan bisa diatur oleh perangkat pertandingan. Itu tidak boleh. Yang jelas, saya ucapkan selamat buat teman-teman Persis Solo. Pertandingan kami dengan mereka sangat baik. Cuma yang kami sangat sayangkan adalah wasitnya,” lanjutnya.
{{ comment.content }}